Archive | 15 Maret 2010

Menuntut Australia 510 Miliar, Terlalu Kecil


KUPANG, Tuntutan ganti rugi yang diajukan Indonesia kepada Australia senilai Rp 510 miliar atas pencemaran minyak di Laut Timor dinilai terlalu rendah dan tidak rasional jika dibandingkan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.

“Dari mana Tim Nasional Penanggulangan Pencemaran Laut Timor mendapatkan angka tersebut sebagai kompensasi terhadap kerusakan ekologis dan ekonomis di Laut Timor akibat pencemaran,” kata pemerhati masalah Laut Timor, Ferdi Tanoni, di Kupang.

Mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu menegaskan, Tim Nasional Penanggulangan Pencemaran Laut Timor itu hanya dua hari melakukan kunjungan di Nusa Tenggara Timur (NTT) tanpa melakukan penelitian.

“Dari mana Timnas bisa mendapatkan angka kerugian tersebut. Untuk mengetahui kerusakan ekologis dan ekonomis di Laut Timor butuh waktu penelitian yang lama, apalagi Timnas tidak pernah melakukan penelitian,” ujarnya.

Penulis buku Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Ekonomi Politik Canberra-Jakarta itu mengatakan, Indonesia terlalu cepat mengajukan klaim kepada Australia soal pencemaran minyak di Laut Timor akibat meledaknya sumur minyak Montara pada 21 Agustus 2009 lalu.

Menurut Tanoni perlu dilakukan sebuah penyelidikan yang mendalam terhadap luas pencemaran di Laut Timor serta berapa banyaknya nelayan dan petani rumput laut di NTT yang merasakan langsung dampak dari pencemaran tersebut.

“Hasil penyelidikan inilah yang menjadi dasar acuan kita (Indonesia) untuk menuntut ganti rugi kepada Australia dan operator ladang minyak Montara, PTTEP Australasia atas pencemaran Laut Timor. Timnas tidak pernah melakukan penelitian koq bisa mendapatkan angka ganti rugi. Aneh..,” kata Tanoni. sumber kompas.com

Indonesia Punya 5,4 Juta Anak Telantar


MATARAM, Menteri Sosial Salim Segaf Al’Jufrie menyatakan, anak telantar di Indonesia yang usianya di bawah 18 tahun terus bertambah dan kini jumlahnya mencapai 5,4 juta. “Tingkat pertumbuhan anak-anak telantar itu jelas tidak sehat karena tidak di rumah dan kurang mendapat perlindungan, seperti akses belajar dan kesehatan,” kata Salim dalam pertemuan silaturahim di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, Kabupaten Lombok Barat, Minggu (14/3/2010).

Ia mengatakan, dari 5,4 juta anak telantar itu, sebanyak 232.000 di antaranya merupakan anak jalanan yang terbagi atas tiga kelompok, yakni kelompok anak-anak yang seluruh hidupnya di jalan, kelompok anak yang 4-5 jam di jalanan, dan kelompok anak yang mendekati jalanan.

“Khusus di Jakarta, jumlah anak jalanan mencapai 12.000 orang, sesuai hasil pendataan dinas sosial setempat. Kalau di daerah lain, seperti NTB, juga cukup banyak, tapi saya tidak ingat datanya,” ujarnya.

Mensos Kabinet Indonesia Bersatu II itu juga mengungkapkan, jumlah penyandang cacat di Indonesia mencapai 1,6 juta orang, termasuk penyandang cacat berat (kesulitan bergerak) yang mencapai 163.000 orang.sumber kompas.com

<!–/ halaman berikutnya–>

Gempa 7 SR Guncang Maluku Utara


BMG

ilustrasi

MALUT,Gempa berkekuatan 7 skala Richter mengguncang Maluku Utara pada Minggu (14/3/2010) sekitar pukul 07.57 WIB.

Menurut laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa itu terjadi di 1,58 lintang selatan dan 128,20 bujur timur dengan kedalaman 56 kilometer.

Pusat gempa terletak di 132 kilometer tenggara Labuha, Maluku Utara, 227 kilometer timur laut Ambon, dan 252 kilometer timur laut Sanana, Maluku.

Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.SUMBER KOMPAS.COM

Gempa di Malut Rusak 39 Rumah Laporan wartawan


Gempa bumi berkekuatan tujuh skala richter yang mengguncang Provinsi Maluku Utara, pukul 09.57, Minggu (14/3/2010), menyebabkan 39 rumah di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara rusak. Data ini data sementara karena pengecekan oleh polisi dan tentara belum tuntas mengingat sulitnya menjangkau lokasi bencana. Berdasarkan pengecekan sementara yang dilakukan petugas polisi Kepolisian Resor Halmahera Selatan dan tentara sampai Minggu malam, gempa telah merusakkan 39 rumah rusak di Desa Kelo Obi Timur dan Desa Sum Obi Timur di Pulau Obi. Dari jumlah rumah yang rusak itu, tujuh rumah rusak berat sedangkan 32 rumah rusak ringan. Selain rumah, gempa juga merusakkan sekolah dasar, dermaga, dan masjid di Kelo Obi Timur dan dua tempat ibadah rusak di Sum Obi Timur. Saat ini petugas polisi dan tentara yang mencek lokasi-lokasi gempa bermalam di Desa Sum. Besok (hari ini-red) pengecekan akan dilakukan ke desa-desa lain di Pulau Obi, kata Kepala Kepolisian Resor Halmahera Selatan Ajun Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal. Tidak mudah menjangkau lokasi-lokasi bencana ini. Lokasi bencana harus ditempuh dengan perahu yang waktu tempuhnya sekitar lima jam dari Nabula, ibu kota Kabupaten Halmahera Selatan. Komunikasi ke wilayah ini pun harus menggunakan telepon satelit. Kapolres mengatakan para korban bencana alam yang rumahnya rusak, untuk sementara tinggal di rumah tetangga atau saudaranya yang masih utuh. “Saya sesegera mungkin melaporkan kondisi ini ke Bupati. Baru saja saya coba telpon Bupati tetapi teleponnya mati, sehingga belum bisa memberitahu. Setelah memberitahu ke Bupati, besar kemungki nan kami akan ke lokasi-lokasi gempa sekaligus memberikan bantuan,” jelasnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Ambon mencatat pusat gempa terjadi di koordinat 1,58 lintang selatan dan 128,20 bujur timur dengan kedalaman 56 kilometer. Pusat gempa itu terletak di Selat Obi, persisnya 26,8 kilometer tenggara Pulau Obi, Maluku Utara, 132 kilometer tenggara Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, dan 227 kilometer timur laut Ambon. Gempa yang dirasakan di Seram dan Ambon, Provinsi Maluku dan sejumlah wilayah di Provinsi Maluku Utara ini tidak berpotensi tsunami.SUMBER KOMPAS.COM